ZingTruyen.Xyz

Suami Pengganti ✔️

46. Takdir Bersama (END)

xenaberry

Sina tidak berekspetasi tinggi jika Niki akan mengijinkannya. Kemungkinan pula jika Sina tetap memaksa ikut, Niki akan marah padanya.

Maka, saat ini bukan saatnya untuk Sina bersikap egois. Ia sudah mengutarakan apa yang menjadi tanggung jawabnya akan perkerjaanya tadi, maka setelah ini Sina hanya menunggu bagaimana respon Niki. Jika memang wanita iti keberatan, Sina tidak bisa memaksa. Untuk kali ini akan menuruti apa yang dikatakan Niki, dan itu adalah keputusannya setelah berpikir lama bersama ayahnya tadi.

Semoga keputusan ini adalah yang terbaik untuk Sina. Karena ia pun tidak ingin meninggalkan Niki namun di lain sisi Sina tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja dengan pekerjaannya.

"Ki? Kamu marah?" tegur Sina merasa Niki terlalu lama menjawab dan merasa jika wanita itu marah.

"Niki, aku cuma butuh keputusan dari kamu. Kalau kamu gak ijinin aku, aku gak bakal pergi, Ki. Aku bakal tetap sama-sama kamu kayak biasanya," kata Sina lagi sangat menghindari jika Niki kembali merasa kecewa padanya karena Sina pernah berjanji untuk menjaga diri demi Niki.

"Sin, kalau pun aku gak ngijinin pasti dalam hati kamu tetap ngerasa bersalah karna gak ikut, 'kan?"

Akhirnya Niki pun mengangkat suara, Sina yang mendengarnya bergantian terdiam.

"Aku tau kamu gak bakal bisa lepas dari pekerjaan kamu. Aku tau jiwa kamu yang gak bisa lepas untuk jadi penolong. Dan aku gak bisa maksa kamu buat tetap diam di sini, sementara orang di sana butuh bantuan kamu, Sin."

Mata Sina mengerjap kaget mendapati jawaban Niki yang tak ia duga akan mengatakan hal seperti itu. Mungkin Sina salah jika mengira Niki akan tetap menolak dan mempertahankannua agar tidak ikut, tetapi ternyata salah. Dari jawaban Niki, Sina tahu jika wanita itu mengijinkannya untuk pergi.

"Niki—"

"Aku ijinin kamu buat pergi, Sin. Aku yakin kalau kamu bisa ngelakuin yang terbaik di sana, dan aku cuma bisa berharap kamu pulang tanpa luka ya, Sin." Niki mengulum senyum tipis pada Sina. Jujur, ia pun sedih mendengar Sina harus pergi jauh darinya, tetapi Niki tidak pula egois untuk melarang Sina, karena tahu sebagian hidup Sina pun ada di dalam pekerjaanya.

"Ki, aku janji bakal kembali dengan selamat, demi kamu dan keluarga kita." Sina pun berjanji jika kepergiaanya tidak akan lama, selama Niki terus menunggu dan bersabar untuknya kembali.

"Iya, kamu harus balik secepatnya, Sin. Jangan sampe kamu pulanh pas anak kamu udah lahir! Ingat ya kamu bukan merantau atau perang di sana!" seru Niki mengingatkan Sina jika jangan sampai terlalu lama di kota orang.

"Ki, aku bakal pulang cepat selama urusan aku sudah selesai, pasti aku bakal pulang kembali ke kamu. Aku janji."

Sina tidak kuasa untuk tidak memeluk istrinya itu begitu erat, dengan perasaanya haru hingga membuat hampir mengeluarkan air mata. Sina sangat bersyukur memiliki Niki, tidak berhenti berucap jika ia sangat mencintai wanita itu.

Sina benar-benar telah menemukan takdir cintanya.

***

Dulu, Niki dan Sina memang sudah tidak bisa terpisahkan. Berteman sejak kecil membuat keduanya saling membutuhkan satu sama lain.

Jika Sina sakit, maka Niki akan menjadi orang pertama yang khawatir.

Jika Niki sedih maka Sina adalah orang pertama yang menghiburnya.

Hingga takdir yang tidak pernah disangka itu bisa menyatukan mereka di dalam ikatan suci mendadak. Tanpa adanya persiapan, Sina dan Niki berhasil bersatu menjadi sepasanh suami istri saat itu.

Hidup bersama di rumah seperti layaknya pasangan, namun masih menahan diri untuk tidak saling menyentuh satu sama lain. Masih memiliki perasaan tidak pantas karena merasa status mereka masih sebagai sahabat, hingga akhirnya perasaan yang sebenarnya mereka simpan pun telah tercurahkan.

Saling menyukai satu sama lain sejak dulu, membuat Sina maupun Niki tertawa karena merasa bodoh tidak pernah menyatakan perasaan mereka sejak dulu. Mungkin, jika Sina lebih gentle sejak awal, ia akan berpacaran dengan Niki lebih dulu ketimbanh Rafa. Tetapi, namanya takdir,
Mungkin memang jalan percintaan mereka seperti ini.

Walau cukup banyak ujian di awal, setidaknya mereka telah bersama dan saling mencintai bukan? Harapannya, semoga keduanya akan terus tetap mencintai satu sama lain, tetap bersama hingga mau memisahkan.

Dan nyatanya, pernikahan itu membawa sebuah kebahagiaan yang sangat berarti bagi Sina.

Title sebagai suami pengganti yang awalnya membuat Sina skeptis itu nyatanya tidak benar. Karena, dari sini lah Sina memulai kebahagiaan yang baru, yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Hidup bersama Niki adalah takdir yang sangat Sina syukuri. Takdir yang tidak akan pernah Sina sesali seumur hidupnya.

"Sin, gak ada yang ketinggalan?"

Kini, Sina dan Niki sudah berada di markas tempat Sina brefieng sebelum berangkat ke bandara. Dan Niki memilih untuk mengantar suaminya itu.

"Kayaknya gak ada," jawab Sina, "cuma aku gak mau ketinggalan yang satu ini."

Mendengarnya membuat Niki agak bingung, apalagi melihat Sina yang tiba-tiba berjongkok, menaruh wajahnya di depan perut Niki.

"Aku mau pamit sama anak aku, dan janji buat pulang secepat mungkin." Sina berkata pelan di depan perut Niki seakan tengah berbicara dengan calon anaknya itu. Membuat Niki tersenyum di sana.

"Kamu jagain ibu ya. Jangan banyak bertingkah di dalam, pokoknya bapak bakal terus mantau kamu kalau kamu suka buat ibu repot!" kata Sina.

"Ih, kok dimarahin, sih, anaknya, Sin?"

"Ya, harus dilatih mental sejak dini, Ki."

"Tapi gak gini juga. Yang ada pas lahir dia ogah ketemu kamu!" balas Niki ingin menjitak kepala Sina. "Lagian juga baru tiga minggu, mana bisa dia dengar omelan kamu."

Sina terkekeh sebelum akhirnya mengecup singkat perut Niki yang tertutupi oleh pakaian tentu saja. Lalu pria itu kembali bangkit, kini menghadap Niki dengan tatapan mata yang penuh arti.

"Aku bakal pulang sebelum perut kamu sebesar semangka dan aku bakal pulang sebelum kamu mulai ngidam."

"Iya aku bakal tunggu kamu. Aku gak mau ngidam sendirian ya! Pokoknya kamu harus turutin apa yang aku dan anakku mau nanti, jangan sampe aku panggil cowok lain buat gantiin kamu!" ancam Niki agak terdengar sangar bagi Sina pada bagian kalimat terakhir.

"Iya janjii Nikolaaa. Sebelum bulan purnama Arsina Afnan B udah sampe Jakarta deh, udah bobok di samping kamu."

Begitu lah percakapan keduanya yang terbilang asem-asem manis, namun sangat tersirat bukti cinta di saja. Hingga akhirnya Sina pun telah dipanggil dan mengharuskannya untuk siap bertugas.

"Ki, sekali lagi aku mau bilang kalau aku sangat mencintai kamu. Doain aku biar bisa nyelesaiin semua urusan di sana dan aku bakal pulang temuin kamu."

Ucapan Sina begitu tulus untuk kembali pada Niki usai menyelesaikan urusannya. Bohong jika dibilang Sina tidak sedih meninggalkan Niki, tetapi ini adalah tanggung jawab maka Sina pun telah memgambil keputusan yang menurutnya terbaik.

"Sin, aku bakal tunggu kamu. Aku harap kamu bisa melakukan yang terbaik di sana dan segera pulang ke rumah, dan kita kumpul bersama lagi."

Dan Niki akan terus bersabar dan menunggu hingga Sina pulang, kembali bersamanya di rumah. Merajut rumah tangga mereka hingga akhir.

"I'm happy to have you, Nikola."

"So am i. I love you, Arsina."

"Love you more, princess."

TAMAT

Terimakasih semua yang sudah menyempatkan diri untuk membaca, dan big thanks untuk kalian yang sering meninggalkan vote dan komen, semoga berkah selalu ya 🙏🏻🙏🏻

See you, maafkan kesalahan kata yang aku buat di cerita ini, semoga kita bisa ketemu di lain cerita. Salam sukses!

Bạn đang đọc truyện trên: ZingTruyen.Xyz