ZingTruyen.Xyz

Lili Of The Valley Lee Jeno

Hai.. hmmm udah lama banget aku nggak nulis dan yah... akhirnya setelah beberapa kendala aku mutusin buat lanjutin cerita ini... maaf kalau kalian harus nunggu lama sampe kalian lupa sama ceritanya atau mungkin nggak memenuhi ekspetasi kalian.. tapi aku berterima kasih banyak untuk kalian yang udah nungguin cerita ini... luv u all T_T 

Warning : partnya panjang dan belum sempet dibaca ulang!

23 April

Yeji mengingat jelas, hari ini adalah hari kelahiran lelaki yang tengah tertidur pulas di hadapannya.

"Selamat ulang tahun, suamiku", bisik wanita itu penuh kehati-hatian lalu mengecup pelan pipi suaminya.

Baru saja ia ingin beranjak dari ranjang tapi sebelah lengan laki-laki itu menahannya.

"Kamu melupakan sesuatu"

Yeji mengernyit. Apa yang dia lupakan?

Namun, belum sempat wanita itu mencari tahu jawabannya dan sebelah lengan Jeno sudah menariknya untuk kembali berbaring, membawa tubuhnya ke dalam dekapan hangat lalu mengecup  bibir ranumnya.

Awalnya hanya menempel, lalu semakin lama menjadi lumatan.

"Ish-, kamu belum sikat gigi!", Yeji mendelik sambil memukul dada suaminya yang hanya memamerkan deretan giginya. 

"Anggap saja hadiah ulang tahun"

"Lepas, aku mau ke dapur!"

"Lima menit lagi", bukannya melonggar dekapan lelaki Lee itu justru semakin erat.

"Jeno, aku mau memasak!"

"Nanti saja memasaknya. Ya? Ya? Ya?"

"Dan kamu tidak akan mendapatkan sarapan pagi ini!"

"Bagaimana kalau menu sarapan pagi ini diganti dengan kamu saja?"

"Heh! Sudah, lepas!"

"Hng", Jeno, pemuda yang tengah bertambah usia itu malah mengerutkan bibirnya.

Kalau saja Yeji tidak ingat suaminya ini harus pergi kuliah dan bekerja,  dia pasti akan ikut  mengiyakan dan ikut bermalas-malasan di tempat tidur, tapi sialnya Yeji tidak semudah itu untuk luluh.

Ingat, wanita harus jual mahal!

"Kalau dalam lima belas menit belum bersiap untuk ke kampus, jangan harap untuk mendapat hadiah hari ini!", ancam wanita itu lalu beranjak pergi. 

Kata orang, masa kehamilan merupakan masa emas bagi wanita. Awalnya, Yeji tidak mempercayai itu. Hamil di usia muda, memiliki masalah keluarga, kehilangan ibunya dan beberapa hal menganggu lainnya, membuatnya enggan untuk mempercayai itu. 

Namun, sekarang setelah rentetan kejadian tidak menyenangkan itu akhirnya Yeji bisa mempercayai ungkapan tersebut. Walaupun awalnya Jeno menolak tapi lihat dia sekarang, tidak lebih dari segumpalan daging yang terus menempel dengannya tanpa mau lepas. 

"Jeno, lepas sebentar. Aku harus membalik telurnya nanti telurnya gosong!"

"Hmmmm, kenapa kamu wangi sekali, hm?", suara Jeno terdengar dari balik tubuh wanita hamil yang tak lain adalah istrinya, Hwang-Oh tidak maksudnya, Lee Yeji.  

"Makannya mandi! Bukannya kamu harus berangkat kuliah setengah jam lagi?"

 "Bolehkah aku bolos hari ini? Satu hari saja! Boleh ya?"

"Untuk apa?"

"Jalan-jalan? Ke taman, mungkin?", seketika Yeji terkikik melihat wajah memelas suaminya. 

"Bagaimana kalau besok saja? Aku harus membuat pesanan dulu hari ini, lihat waktu pengambilannya sudah dekat" 

"Hngggg... Oke", garis bibir lelaki yang sedang berulang tahun itu melengkung turun bersamaan dengan punggungnya yang meluruh. 

Yeji menyembunyikan senyumannya di balik meja dapur, sejujurnya Yeji tidak memiliki niatan untuk mengerjai Jeno, hanya saja akhir-akhir ini suaminya itu sering bertingkah aneh dan menggemaskan. Entahlah, mungkin karena sebentar lagi dia akan menjadi ayah atau mungkin karma? Ah apapun itu sebutannya tapi hal itu justru membuat Yeji ingin mengerjainya. 

Lihat saja nanti. 

Masih tersisa setengah hari lagi ketika Yeji berhasil menyelesaikan kue buatannya lengkap dengan hiasan lilin di atasnya. Decakan puas keluar dari belah bibir wanita itu, pandangannya beralih pada sup rumput laut dan beberapa masakan lainnya yang ia percayai akan disukai oleh suaminya. 

"Akhiryaaaa..", baru saja wanita itu ingin merebahkan tubuhnya di sofa tapi suara bel dari luar rumah seketika mengalihkan atensinya. 

Mungkinkah Jeno? Hmm, tapi tidak biasanya dia pulang lebih awal. 

Yeji mengintip dari layar monitor, di balik pintu flatnya, berdiri seorang wanita paruh baya dengan mantel bulu juga kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Tipikal ibu-ibu sosialita, pikir Yeji. 

"Selamat siang", sapaan itu adalah hal pertama yang menyambut gendang telinga Yeji ketika dia membuka pintu flatnya. 

"Selamat siang, Nyonya"

"Perkenalkan aku Jessica Jung dari Jboutique, benarkah ini rumah, Nyonya Lee Yeji?"

"Ah, iya benar. Aku Lee Yeji. Silakan masuk, Nyonya", setelah dipersilakan, tungkai wanita itu akhirnya melenggang masuk ke dalam flat sederhana milik Yeji, matanya meneliti sudut ruangan sampai akhirnya terkunci pada pigura foto yang terpaku di tembok. Foto pernikahan Yeji dan Jeno beberapa bulan lalu. 

"Jadi, kamu sudah menikah?", gumam wanita paruh baya itu tanpa melepaskan pandangannya dari pigura foto dihadapannya.

"Sudah, Nyonya. Aku menikah beberapa bulan lalu"

"Lalu dimana suamimu?"

"Dia sedang pergi kuliah"

"Kuliah? Dan meninggalkanmu yang hamil sendirian di rumah?"

"Hmm, sebenarnya selain kuliah dia juga bekerja paruh waktu. Jadi kami membagi tugas"

"Ah, begitu rupanya. Hmm, apakah mertuamu tidak menemanimu? Kamu tahu, sangat rentan bagi wanita hamil untuk tinggal di rumah sendirian"

"Hmm, sebenarnya aku  juga tidak pernah bertemu mertuaku, kata suamiku mereka sedang banyak urusan di luar negeri dan aku baru saja kehilangan ibuku beberapa hari sebelum kami melangsungkan pernikahan, lalu ayahku... Aku tidak tahu dia pergi kemana", suasana mendadak canggung setelahnya. 

"Maaf, aku seharusnya tidak menanyakan itu"

"Tidak apa-apa, Nyonya. Aku sama sekali tidak mengalami kesulitan, karena aku tidak sendirian sekarang", sebuah lengkungan senyum itu terbit di wajah Yeji. Senyum penuh ketulusan yang membuat wanita paruh baya di hadapannya itu tercenung. 

"Ah, kalian pasangan baru yang sangat manis"

"Ngomong-ngomong berapa usianya? Bolehkah aku mengelusnya?", ada secuil ragu yang terselip dalam hati Yeji ketika wanita paruh baya itu mendekatinya tapi entah mengapa dia tetap memberikan izin kepada wanita itu untuk mengelus perutnya yang sudah membesar.

"Sekarang baru memasuki usia 5 bulan"

"Wah, benarkah? Dia pasti menjadi anak yang cerdas seperti ayahnya", mendengar itu, entah mengapa hati Yeji menghangat. Ah, dia jadi teringat hari ini adalah ulang tahun Jeno. 

"Apakah Nyonya ingin mencoba masakanku? Hari ini sebenarnya hari ulang tahun suamiku tapi aku bingung apakah rasanya pas atau tidak"

"Galbi, buatkan saja galbi. Jeno pasti suka itu!"

"Ya?", Yeji terkejut tentu saja. Bagaimana wanita yang baru dia kenal beberapa menit ini mengetahui kesukaan suaminya. Oh, dan bagaimana dia bisa tahu nama suaminya?.

"Ah, di foto itu ada nama suamimu dan aku juga memiliki anak laki-laki. M-mungkin selera mereka sama?"

"Hmm, benar juga tapi aku tidak bisa membuat galbi"

"Kalau begitu aku akan membantumu. Ayo, sebelum suamimu pulang!"

Siang menjelang sore yang hangat. Kedua wanita berbeda usia itu banyak menyelipkan beberapa percakapan ketika memasak. Selama hidupnya, Yeji sangat jarang melakukan hal ini, bahkan ketika dulu ibunya masih hidup pun dia tidak pernah merasa sehangat dan semenyenangkan ini ketika memasak. 

Ada perasaan menyenangkan yang beterbangan dalam rongga dadanya. Perasaan hangat yang membuatnya nyaman.

Apa seperti ini rasanya memiliki raga ibu yang utuh? Kalau iya, Yeji juga ingin anaknya merasakan hal seperti ini.

"Nah, sudah jadi! Aku yakin suamimu pasti akan sangat menyukainya"

"Terima kasih, Nyonya Jung. Untuk kontrak kerja samanya akan aku pikirkan lagi dengan suamiku"

"Aku harap kamu menerimanya, tidak perlu terburu-buru karena aku akan dengan senang hati menunggumu, Yeji. Hmm... kalau begitu aku pergi dulu, ucapkan salamku pada suamimu, ya!"

"Baik. Hati-hati di jalan!"

Jeno tiba di rumah saat bulan sudah bertengger di langit. Hari yang panjang terutama untuk seseorang yang sedang bertambah usia. Jika boleh Jeno jujur, seharian ini dia seperti kehilangan semangat hidupnya. 

Alasanya? 

Tentu saja karena dia gagal bolos dan cuti dari tempat kerjanya. Kalau saja Yeji mengiyakan permintaannya tadi pagi, mungkin saja Jeno tidak akan memasang wajah tertekuk sepanjang hari. 

"Aku pul-"

Duar!

"Selamat Ulang Tahun, Lee Jeno!!!", Jeno ternganga sebentar. Pemandangan meja makan yang dipenuhi lilin juga beberapa hidangan yang tertata rapi di atasnya, oh ya jangan lupakan sosok Yeji yang berdiri dihadapannya dengan gaun baby pink yang membuatnya sedikit... Hmmm, sexy?

"A-apa ini?"

"Tentu saja perayaan ulang tahunmu, Lee Jeno bodoh!"

"B-bukan itu maksudku, apa yang kamu pakai saat ini? Kamu terlihat cantik", Jeno tidak berbohong, dia sempat menganga beberapa detik tadi.

"Seseorang memberikannya padaku siang tadi. Ah iya, kamu harus mencoba masakanku, ayo!", Jeno, lelaki yang berulang tahun hari ini hanya mengikut istrinya seperti anak itik. Jujur saja, lelaki itu kebingungan. 

"Galbi? Kamu membuat galbi? Wuah!"

"Kamu menyukainya?"

"Tentu saja. Terima kasih, istriku!", mereka berpelukan cukup lama, saling menghirup aroma tubuh masing-masing sambil bertukar beban. Hari yang panjang untuk kisah mereka yang baru di mulai. 

Yeji tidak pernah merasa sebahagia ini dalam hidupnya hanya karena Galbi, begitu juga dengan Jeno. Entah mengapa dia merasa lengkap, walaupun hanya berdua dan sangat sederhana. Dia merasa lebih hidup dari sebelumnya. 


"Ngomong-ngomong, aku masih penasaran dengan satu hal", Jeno membuka suaranya ketika mereka sudah menyelesaikan makan malam.

"Apa?"

"Siapa yang menyuruhmu memakai baju seperti ini?"

"Hmmm.. Aku hanya menuruti saran seseorang yang baru aku temui tadi siang, kamu tidak suka ya?"

"Aku? Tidak suka? Yeji apakah kamu bercanda? Tentu saja aku menyukainya! Kamu terlihat semakin... Hmmm, bagaimana aku mengatakannya?", wajah kebingungan Jeno malah membuat Yeji semakin bertambah gemas.

Ah, sepertinya Yeji harus berterima kasih kepada Nyonya Jung-

"Yeji, kamu tidak sedang menggodaku, bukan?", demi kerang ajaib, kalimat yang Jeno lontarkan tadi membuat wanita berbadan dua itu merinding seketika.

"Me-menggodamu?", Jujur saja Yeji lebih merasa gugup daripada takut.

-atau mungkin tidak.

"Bukankah usianya sudah lima bulan? Tidak apa-apa kan saat kita melakukan -itu-?"

Ah, sepertinya Yeji akan habis malam ini :)

Tbc.

an. 
Special thanks to arethaknz , thank you for waiting 😭❤️ Dan untuk kalian semua yang udah baca cerita ini, terima kasih juga ❤️

Bonus:


Visualisasi pakaiannya Yeji

Bạn đang đọc truyện trên: ZingTruyen.Xyz